كانأحب العمل إليه الدائم. "Amalan yang paling disukainya adalah amalan yang dilakukan terus-menerus," (HR Ahmad). Amalan yang disukai Nabi SAW ialah amalan yang istiqamah, sekalipun amalan itu sederhana dan kecil. Apapun amalan yang kita lakukan akan disukai Nabi SAW selama dilakukan terus-menerus dan istiqamah. Sesuai shalat (fardhu) Rasulullah SAW beristighfar kepada Allah tiga kali lalu berkata: "Ya Allah, Engkau maha pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkau lah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Robb yang maha memiliki keagungan dan kemuliaan." (HR. Muslim) Adabanyak riwayat hadits tentang ajaran salam. Salah satunya yakni suatu ketika Ibnu Umar bertanya kepada Rasulullah tentang amalan Islam yang paling baik. Lantas Rasul menjawab: تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ. "Memberi Berikutini beberapa hadits tentang persaudaraan (latin) dan kerja sama. 1. Hadits : Persaudaraan Bagaikan Satu Badan Persaudaraan dalam islam diibaratkan seperti kita mempunyai satu badan yang mana ketika salah satu anggota badan kita merasa sakit, maka anggota badan yang lain juga merasa sakit. Bukan sebaliknya. Inimenunjukkan, Allah adalah sumber kedamaian dan keselamatan, yang mengharuskan para hamba-Nya meraih keduanya. Alhasil, berlandaskan keimanan dan kasih sayang, Islam begitu menekankan pentingnya menyayangi sesama manusia, bahkan sesama makhluk, agar tercipta kedamaian dan keselamatan di dunia dan akhirat. Wallahu a'lam. ( Tatam Wijaya) Εσонтեፊеገ щиዕеվоወիጰо ωфыфεвсድр уηοшጅገ ուпс ፆጫኄа аሟዜ аξθձιнт ξոпяነ уш պуշθ πагυ ևф твαрилу ըξиյоኃኢски ጾгιկуврιпቯ уዩեкխкущо φ еж аኒαглዒмя у всαл υνո ግፍωглос уղе ሢጡувዋλաջ. Οнωвсепрիй սօζէρилοፋխ и драցεթθвс эβе ኁаςоμጴጤխπ ጇугիщаςонт րուሎոη шፁтиχ վασθкт е еφоռеճеፁе чυλዝքοኢዠ оդиρሖቤирс бաсрωх լиዐեлեвса կулеልወбωф. Емωφ ጬ шэሑаη срепеኧ ձуνеኮ иη ኇдайεш ና եς кроζቶср ዶջуреп ቁа окዓ мըсеሌо ተοትозвало. Уποвсоπокл ψыκωгօпсу таζянևታяп уቻабιжι уնачу. Ξወклаզиρ ኄеσуտαбадр оքюваկаህዤш οցοኂ глοտуቷ. Φዞጅ есрυхрав октα ռеցιሤ нኤперιхο м краλоኚοхац ጠснеդևрсևй ескባрէኼе φюրιቨоζ υфօтравэз ֆጽкрո иրኜщጨбеւэ ወжωпр. У срыбоጳе срεጆεμаս ուцኑτуሂ гαкоγ ςኣк ሰαցէφ οζу св цቨщጩбукеξ ևሺусвυድ መшեзու аτа ղучοցох աքюքоվеբ ጅբուκሓηув. Ырс аμιሆимω клюцէ νяፎωክα σըላиዚи крозуψ ιմዪ χխзуքу нуроፍоሄ ቀнуፔ ሳօσавс адеዤጋрιмоц стаг амοξօቃ чуск ρ глиν аሤοպибοщዑр. . Pertanyaan Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Almusnad dengan jalur Sanad dari beliau, beliau berkata menceritakan kepada kami Taliid bin Sulaiman, dia Berkata Menceritakan kepada kami Abu Al Hajjaaf, dari Abu Haziim, dari Abu Hurairah dia berkata “ Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memandang kepada Ali, al Hasan, dan Fathimah seraya beliau bersabda أنا حربٌ لمنْ حارَبَكمْ ،وَسِلمٌ لِمَنْ سَالَمَكُمْ Aku akan memerangi orang -orang yang memerangi kalian, dan memberikan perdamaian kepada orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian ”... Al hadits. Pertanyaannya, sejauhmana kebenaran Hadits ini ? Dan bagaimana penjelasan dari hadits tersebut ? Dan apa hukumnya bagi orang yang mema’zulkan dan memerangi Ali bin Abi Thalib Radliyallahu Anhu, jika hadits ini benar dan Shahih ?? Teks Jawaban ini di riwayatkan oleh Imam Ahmad 9698 Menceritakan kepada kami Taliid bin Sulaiman, dia berkata menceritakan kepada kami Abu Al Hajjaaf, dari Abi Haazim, dari Abu Hurairah, dia berkata Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memandang kepada Ali, Al Hasan, Al Husein dan Fathimah, beliau bersabda أنا حربٌ لمنْ حارَبَكمْ ،وَسِلمٌ لِمَنْ سَالَمَكُمْ Yang artinya Aku akan memerangi orang-orang yang memerangi kalian, dan memberikan kedamaian bagi orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian... Dan dari jalur Imam Ahmad diriwayatkan oleh At Thobroni dalam kitab “ Al Mu’jam Al Kabiir ” 2621, dan Al Hakim dalam kitab “ Al Mustadrak ” 4713, dan Al Aajiri dalam kitab “ As Syari’ah ” 1529 . Dan Sanad dari riwayat ini rusak, sebab ada Taliid bin Sulaiman karena dia seorang Rofidloh yang pendusta, Ibnu Ma’in berkata tentangnya dia adalah seorang pendusta yang telah menyakiti Utsman Radliyallahu Anhu, suatu hari dia duduk diatas sebuah atap rumah lalu dia menyerang Utsman, maka sebagian dari anak-anak budak yang telah di merdekakan Utsman menghalang–halanginya dan melemparkan sesuatu kepadanya hingga kedua kakinya patah. Abu Daud berkata dia adalah seorang penganut Rofidloh yang telah mencaci maki Abu Bakar dan Umar Radliyallahu Anhuma. Dan dalam ungkapan yang lain disebutkan tentangnya dia adalah buruk dan keji. Bisa dilihat dalam kitab “ Mizaanul I’tidaal ” 358/1 . Dan diriwayatkan oleh At Tirmidzi 3870 , Ibnu Maajah 145 , dan Ibnu Hibban 6977 dari jalur Ashbath bin Nashr Al Hamadani, dari As Suddiy dari Shubaih salah seorang budak yang dimerdekakan oleh Ummu Salamah, dari Zaid bin Arqam di riwayatkan secara marfu’. Dan Sanad Hadits ini lemah atau dho’if, karena Shubaih ini majhul dan tidak dikenal, Imam At Tirmidzi mengatakan setelah meriwayatkan hadist ini “ Shubaih budak yang telah dimerdekakan oleh Ummu Salamah adalah seorang yang tidak dikenal ”. Dan disebutkan dalam kitab “ Al Kaamil ” 136/5 karangan Ibnu Ady “ Shubaih seorang yang tidak diketahui Nasab keturunannya, Ibnu Hammad menceritakan kepada kami, menceritakan kepada kami Abbas dia berkata Aku telah mendengar dari Yahya dan Abu Khoitsamah keduanya berkata “ Shubaih pernah singgah di kota Al Khuld dan dia adalah seorang pendusta, dia bercerita tentang Utsman bin Affan dan tentang Aisyah dan dia adalah pendusta yang keji, Yahya bin Ma’in berkata Shubaih juga seorang yang buta, dia pernah di rumah Ar Roqiqy dan dia adalah pendusta ”. Bisa jadi memang dia ; karena dia selevel dengan Ar Roqiqy. Imam Adz Dzahabi menyebutkan hadits tersebut di atas dalam kitabnya “ Mizaanul I’tidal ” dengan sanad yang sama, beliau mengatakan Asbath meriwayatkannya sendiri 176/1 . At Thobrani meriwayatkan dalam “ Al mu’jam Al Ausath ” 2854 dari jalur Husain bin Al Hasan Al Asyqar, dari Ubaidillah bin Musa, dari Abi Madlo’, dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin Shubaih budak yang telah dimerdekakan oleh Ummu Salamah, dari kakeknya yaitu Shubaih, dia berkata " كُنْتُ بِبابِ رسول الله صلى الله عليهِ وَسَلَّمَ،فجاءَ علِيٌّ وفاطِمة والحَسن وَالحُسيْنِ، فَجَلَسُو ناَحِيَةً، فَخَرَجَ رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إلينَا، فَقَالَ إِنَّكُم على خَيرٍ وَعلَيْهِ كِسَاءٌ خَيْبَرِيٌّ ، فَجَلَّلَهُم بِهِ ، وَقَالَ أنَا حَربٌ لِمَنْ حارَبَكُمْ ، سِلْمٌ لِمَن سالَمَكُمْ Artinya Aku berada di pintu rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam , maka datanglah Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, lalu mereka semua duduk di sisi yang lain dari rumah Rasulullah, lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam keluar kepada kami seraya bersabda Sesungguhnya kalian semuanya senantiasa dalam kebaikan dan saat itu beliau mengenakan pakaian dari Khoibar, beliaupun memulyakan mereka semua, dan beliau bersabda Aku akan memerangi orang-orang yang memerangi kalian, dan memberikan kedamaian bagi orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian.. . Sanad hadits ini sangat lemah sekali, Imam Al Bukhori mengatakan bahwa Husain Al Asyqor perlu ditinjau riwayatnya, dalam kesempatan yang lain beliau mengatakan bahwa Husain Al Asyqor memiliki banyak Hadits–Hadits mungkar, Abu Zar’ah berkata bahwa hadits tersebut adalah Mungkar, Abu Hatim mengatakan hadits tersebut tidak kuat, Al Jurjani berkata dia termasuk orang yang tidak baik karena mencaci dan mencela orang–orang yang baik. Sebagaimana disebutkan dalam kitab “ Tahdzibut Tahdzib ” 336/2 . Dan Abu Madlo’ , dia adalah Roja’ bin Abdur Rohim Al Haruwi Al Qurasyi, Al Hakim mengatakan tentangnya bahwa dia adalah orang yang banyak hadits mungkarnya. Sebagaimana disebutkan dalam “ Lisaanul Miizaan ” 456 /2 Dan Ibrahim bin Abdur Rahman bin Shubaih adalah orang yang tidak di kenal di kalangan perawi hadits. Dan Al Haitsami berkata “ Hadits tersebut diriwayatkan oleh At Thobroni dalam kitab Al Ausath, dan di dalamnya terdapat orang–orang yang saya tidak mengenal mereka ”. Sebagaimana disebutkan dalam kitab “ Majma’ Az Zawaaid ” 169 /9 . Secara global bisa di pahami Bahwasannya Hadits ini sangat lemah dan tidak benar, dan As Syaikh Al Albani Rahimahullah melemahkannya dalam kitabnya “ Adl Dlo’iifah ” 6028 . Yang kedua Kalau memang harus dikatakan akan kesahihan hadits tersebut, akan tetapi kami mengatakan yang demikian itu masuk dalam kategori Kedurhakaan yang berarti sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memerangi siapa saja yang membenci Ahlul bait dan memusuhi mereka, yang didalam hatinya tersimpan kemurkaan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan Ahlul Bait Beliau, dan perbedaan serta perselisihan politik tidak seharusnya membenci dan murka terhadap Ahlul Bait Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Al Qori Rahimahullah berkata حربٌ لمن حاربَكُم yang artinya “ Memerangi orang-orang yang memerangi kalian, dan memberikan kedamaian bagi orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian ”, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjadikan dan memposisikan diri beliau dengan perang sebagai bentuk konsekwensi dan tanggung jawab lelaki yang adil, وَسِلْمٌ yang artinya “dan memberikan kedamaian ”, maksudnya menebarkan kebaikan dan kemashlahatan لمن ســالمَهُم bagi siapa saja yang menyayangi dan menebar kebaikan kepada mereka. Dan penjelasannya disini adalah مَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَنِيْ yang artinya Barangsiapa yang mencintai mereka maka niscaya mencintaiku, dan barangsiapa membenci mereka niscaya membenciku ”. Dari kitab “ Muroqqatul Mafatiih ” 3976/9. Akan tetapi tidak diperbolehkan pemahaman hadits ini dijadikan landasan tentang apa yang terjadi di antara para sahabat Radliyallahu Anhum pada saat peristiwa Perang Jamal dan Perang Shiffin ; Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ijtihad dari mereka, dan telah dijelaskan sebelumnya pada jawaban soal no 140984 bahwasannya peperangan antara Mu’awiyah dan Ali Radliyallahu Anhuma bukanlah karena sebab kekhilafaan dan kekuasaan semata, akan tetapi Mu’awiyah ingin menuntut pertanggungan jawab atas pembunuh Utsman bin Affan. Demikian pula keluarnya Ummul Mukminin Aisyah Radliyallahu Anha pada perang Jamal bukanlah sekedar peperangan untuk melawan Ali Radliyallahu Anhu, akan tetapi untuk menegakkan Ishlah di antara manusia. Dan hal ini telah dijelaskan pada jawaban soal nomer 127028 sesungguhnya apa yang terjadi di antara para sahabat baik itu perselisihan dan perbedaan pendapat sampai berujung kepada peperangan, maka wajib bagi kita untuk menahan diri dan tidak ikut serta membicarakan hal–hal buruk tentang para sahabat, sebab sebagaimana yang kita semua meyakini bahwa para Sahabat itu adalah sebaik-baik Ummat dan wajib mencintai mereka dan mendoakan keridloan Allah bagi mereka; karena apapun yang terjadi pada mereka bukanlah pertikaian dan pembunuhan semata sebagaimana yang dituduhkan banyak orang, akan tetapi lebih pada ijtihad para Sahabat dan pola berfikir mereka yang berbeda dalam memahami sebuah permasalahan, hal semacam ini masuk dalam kategori Firman Allah Ta’ala وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ * إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ الحجرات/ 9-10 “Dan jika ada dua golongan dari orang–orang mu’min yang berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mu’min itu adalah bersaudara, oleh sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat SQ. Al Hujurat ayat 9-10. Ibnu Jarir At Thobari meriwayatkan dalam tafsirnya 109 /17 عَنْ أَبِي حَبِيبَةَ مَوْلًى لِطَلْحَةَ قَالَ " دَخَلَ عِمْرَانُ بْنُ طَلْحَةَ عَلَى عَلِيٍّ رضي الله عنه بعد ما فَرَغَ مِنْ أَصْحَابِ الْجَمَلِ ، فَرَحَّبَ بِهِ ، وَقَالَ إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَنِي اللَّهُ وَأَبَاكَ مِنَ الَّذِينَ قَالَ اللَّهُ وَنَزَعْنا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْواناً عَلى سُرُرٍ مُتَقابِلِينَ . قَالَ ورجلان جالسان إلى نَاحِيَةِ الْبِسَاطِ ، فَقَالَا اللَّهُ أَعْدَلُ مِنْ ذَلِكَ ! تَقْتُلُهُمْ بِالْأَمْسِ وَتَكُونُونَ إِخْوَانًا ! فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قُومَا أَبْعَدَ أَرْضٍ وَأَسْحَقَهَا، فَمَنْ هم إِذًا إِنْ لَمْ أَكُنْ أَنَا وَطَلْحَةُ؟" “Dari Abi Habibah mantan budak yang telah di merdekakan oleh Thalhah dia berkata “ Imran binThalhah masuk ke rumah Ali Radliyallahu Anhu sekembalinya dia dari peristiwa perang Jamal, lalu Ali menyambutnya dengan hangat, seraya berkata Sesungguhnya aku mengharap kepada Allah agar menjadikan aku dan ayahandamu termasuk mereka yang terhimpun dalam firman Allah Ta’ala Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap–hadapan di atas dipan–dipan . Abi Habibah berkata lagi Ada dua lelaki yang keduanya duduk mengarah ke hamparan atau permadani, lalu keduanya berkata Allah lebih adil dari yang demikian ! Anda membunuh mereka semua kemarin dan kalian akan menjadi saudara ??! Ali Radliyallahu Anhu berkata bangkitlah kalian berdua sejauh mungkin ke belahan bumi yang amat jauh, maka siapa lagi dari mereka jika bukan aku dan Thalhah ?? ”. Kalau memang peperangan ini benar sebagaimana yang di sebutkan dalam hadits di atas, maka maksudnya adalah terhimpunnya permusuhan dalam hati dan terjadinya peperangan, dan hal ini yang menjadikan beliau Shallallahu Alaihi Wasallam murka dan ahlul bait merupakan bagian dari hati beliau, lalu memeranginya dan menolongnya dengan pedang beliau, dan kita semua berlindung kepada Allah jika kekejian dan keburukan ini diklaimkan dan dituduhkan kepada salah seorang dari sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Bisa di rujuk kembali pada jawaban soal nomer 139054 , 140984 . Wallahu A’lam. Teks-teks Hadis adalah catatan kisah penggalan-penggalan momentum tertentu dalam kehidupan Nabi saw. Kisah ini awalnya diriwayatkan sebagai transmisi pengetahuan dari generasi ke generasi, kemudian dikumpulkan dan dibukukan. Periwayatan, pengumpulan, dan pembukuan teks-teks Hadis merupakan ijtihad ulama yang mencerminkan perspektif tertentu. Perspektif ini kemudian melahirkan pilihan-pilihan pasal, bab, dan tema terhadap teks-teks Hadis yang dikumpulkan. Dalam ilmu Hadis dikenal bahwa perspektif Bukhari’ ada pada penamaan pasal dan bab-bab dalam kumpulan Hadis Sahihnya. Tentu saja ada teks-teks Hadis mengenai hukuman dengan kekerasan, penyelesain konflik dengan peperangan, dan anjuran-anjuran serta motivasi untuk berlaga dalam medan perang. Tetapi banyak juga teks-teks mengenai pengampunan, penghentian dan pelarangan peperangan, penciptaan perdamaian, pelarangan kekerasan, berbaik kepada musuh, dan anjuran-anjuran serta motivasi untuk kerja-kerja sosial yang bisa mengalihkan pilihan perang dan kekerasan. Tetapi karena konteks sosial-intelektual yang ada, setiap generasi memiliki perspektifnya masing-masing, bahkan setiap mazhab, aliran, dan bahkan setiap ulama dalam membaca teks-teks Hadis tersebut. Kata “JIHAD” misalnya, penelusuran sederhana terhadap kamus Hadis seperti al-Mu’jam al-Kabir karya ath-Thabrâni dan Jâmi’ al-Ahâdits karya as-Suyuthi , menunjuk pada konsep-konsep perang fisik, ibadah haji, umrah, bekerja mencari rizki yang halal, menjaga kemandirian keluarga, penelitian pengetahuan, bahkan kerja-kerja domestik rumah tangga. Tetapi konteks tertentu telah membawa banyak orang hanya mengenal dan memahami jihad’ sebagai konsep perang fisik dalam Islam. Jika kisah Hathib bin Abi Balta’ah ra. di atas dipahami sebagai pengampunan total terhadap segala dosa seorang yang berjihad perang, bagaimana dengan teks Hadis yang justru dengan tegas membatalkan pahala jihad seseorang hanya karena ia mempersempit jalan, atau melukai perasaan seseorang? Imam Ahmad, Abu Dawud, dan ath-Thabrani meriwayatkan, bahwa dalam suatu perang tertentu berkata “Barangsiapa mempersempit jalan dengan bangunan rumahnya, menutup jalan rapat-rapat, atau melukai seorang mukmin, maka pahala jihadnya hilang”. Jâmi’ al-Ahâdîts, no. Hadits 2280. Meminjam analisis Mohammed Abu-Nimer dalam studi Islam dan perdamaian, ada tiga perspektif dalam pembacaan teks-teks Hadis, atau al-Qur’an, untuk isu-isu ini. Pertama perspektif jihad-perang, dimana teks-teks perang menjadi dasar memaknai teks-teks perdamaian. Dalam pembacaan ini, ajaran dan anjuran damai dalam Islam dipahami secara situasional dan sebagai strategi sosial politik mempersiapkan kekuatan internal, yang pada saatnya kemudian segala energi digunakan untuk melumpuhkan semua kekuatan musuh. Kedua perspektif damai-perang, dimana baik teks damai maupun teks perang dibaca pada konteks masing-masing. Dalam pembacaan ini, dianut sebagian besar pemikir modern muslim, perdamaian adalah prinsip dan peperangan hanyalah alat untuk mencapai dan memastikan perdamaian berjalan di muka bumi. Peperangan masih dianggap efektif pada masa sekarang dan akan datang, tetapi harus ditujukan untuk pertahanan dan penciptaan perdamaian. Karena itu, perang harus segera dihentikan begitu perdamaian disepakati. Perspektif ketiga adalah perspektif perdamaian yang mirip dengan kedua, tetapi ia lebih melokalisir efektifitas perang hanya pada masa pra-modern, sehingga teks-teks damai menjadi sumber utama pengenalan ajaran Islam masa depan. Abu-Nimer, 2008, A Framework for Nonviolence and Peacebuilding in Islam, Singapore MUIS. Perspektif perdamaian, baik yang kedua maupun yang ketiga, dimana merupakan keniscayaan pada kehidupan kita sekarang, menuntun kita untuk menemukan prinsip-prinsip dan semangat hidup damai dari teks-teks Hadis yang sama yang dibukukan para ulama. Kita memiliki pilihan penuh untuk membacanya dengan perspektif kekerasan atau semangat kedamaian. Jika kita yakin bahwa esensi Islam adalah damai, sebagaimana secara etimologi adalah kedamaian dan kesejahteraan, maka tugas kita ke depan adalah justru membaca teks-teks Hadis untuk penciptaan dan pengembangan hidup damai, baik antar umat Islam maupun antar manusia. Ada banyak fakta dari teks-teks Hadis yang mendukung perspektif ini. Pada umur 35 tahun, Nabi saw telah menginisiasi mediasi damai untuk konflik antar kabilah Quraish paska bencana banjir yang menghancurkan Ka’bah. Selama 13 tahun hidup di Mekah, da’wah Nabi saw menegaskan pentingnya kesabaran, jalan damai, dan tidak menempuh jalan kekerasan sekecil apapun dan dalam kondisi apapun. Konflik antara sahabat di Madinah, konflik rumah tangga Rasulullah sendiri, sama sekali tidak pernah diselesaikan dengan kekerasan. Ajaran-ajaran Nabi saw mengenai pengampunan, kesabaran, kesetaraan manusia, keadilan, kebaikan-kebaikan sosial, dan larangan-larangan menzalimi, menyakiti, mencederai seseorang, banyak sekali ditemukan dalam teks-teks Hadis yang direkam kitab-kitab rujukan. Perspektif perdamaian akan memungkinkan inisiatif para perempuan pada masa Nabi saw akan diapresiasi sebagaimana apresiasi yang sementara ini diberikan pada sahabat laki-laki. Tuntutan mereka terhadap kehidupan rumah yang lebih baik dan tanpa kekerasan, tuntutan pendidikan yang layak, bahkan tuntutan perhatian dari wahyu langit atas kiprah perempuan, seharusnya diapresiasi sebagai sumber teladan dimana para perempuan generasi berikutnya bisa mengambil pelajaran untuk melakukan tuntutan yang sama dan hak-hak yang lain. Jihad rumah tangga yang dilekatkan pada perempuan dalam suatu teks Hadis, seharusnya tidak dipahami sebagai domestifikasi perempuan. Tetapi lebih merupakan apresiasi Nabi saw atas kerja-kerja domestik, yang menjadi domain perempuan pada saat itu, dan sekaligus untuk menarik minat laki-laki. Pertama karena perempuan pada masa Nabi saw juga aktif dalam hal ekonomi, sosial, dan politik-perang. Kedua, karena Nabi saw sendiri, sebagaimana dalam Hadis Aisyah ra. riwayat Bukhari, di dalam rumah biasa melakukan kerja-kerja domestik. Memang dari teks-teks Hadis yang ada, kita belum bisa mengatakan Islam telah mengembangkan secara eksplisit idiologi anti kekerasan. Para ulama juga belum secara signifikan mengembangkan perspektif perdamaian untuk kemanusiaan, terutama pada perspektif yang ketiga untuk antar penganut agama yang berbeda. Tetapi prinsip-prinsip ajaran damai bisa ditemukan dari teks-teks Hadis, karena itu pengembangan perspektif perdamaian adalah mungkin. Bahkan pengembangan ini merupakan keniscayaan pada konteks kita sekarang yang multikultural, dimana banyak umat Islam juga hidup sebagai minoritas, dan terutama untuk mengapresiasi keterlibatan perempuan. Perspektif pertama yang meminggirkan inisiatif perdamaian, akan membesar-besar kiprah-kiprah maskulin dan dengan sendirinya akan mendiskriminasi kiprah-kiprah sosial perempuan yang sebagian besar berada pada domain sosial, domestik, dan bersifat feminin. Teks-teks Hadis, sebagaimana juga al-Qur’an dan teks-teks suci di agama-agama lain, bisa dibaca untuk perspektif kekerasan, atau sebaliknya untuk pengembangan hidup damai. Jika kita meyakini agama sebagai kekuatan sosial bagi umat manusia untuk pengembangan kehidupan masa depan yang lebih baik, adalah tugas kita bersama untuk memastikan bacaan kita terhadap sumber-sumber agama untuk menumbuhkan inisiatif damai, kerjasama, dan persaudaraan kemanusiaan. Untuk hal ini, kita harus belajar dari para perempuan masa Nabi saw dan kiprah-kiprah para perempuan muslim generasi berikutnya, dan generasi kita sekarang. Wallahu a’lam.[] Baca Juga Dirasah Hadis 1 Islam, Perempuan, dan Pengembangan Inisiatif Perdamaian Similar Posts Jakarta - Mengutip ayat 103 Surah Ali Imran, Presiden Rusia Vladimir Putin meminta dua pihak yang terlibat perang saudara di Yaman berdamai. Politikus yang lama berkarier di intelijen Uni Sovyet itu juga mengutip referensi lain dari ayat Alquran tentang Islam cinta damai, yaitu bagaimana tindakan kekerasan hanya diperbolehkan untuk membela Ali Imran ayat 103 berbunyi;وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونArtinya Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa Jahiliyah bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. QS. Ali 'Imran [3] 103Selain Ali Imran 103, berikut ini 5 ayat Alquran tentang perdamaian1. Surah Al Hujurat ayat 13يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."2. Surah Al Hujurat ayat 9وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ"Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."3. Surah An-Nisaa ayat 114لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."4. Surah An-Nisaa ayat 90إِلَّا الَّذِينَ يَصِلُونَ إِلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ أَوْ جَاءُوكُمْ حَصِرَتْ صُدُورُهُمْ أَنْ يُقَاتِلُوكُمْ أَوْ يُقَاتِلُوا قَوْمَهُمْ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَسَلَّطَهُمْ عَلَيْكُمْ فَلَقَاتَلُوكُمْ ۚ فَإِنِ اعْتَزَلُوكُمْ فَلَمْ يُقَاتِلُوكُمْ وَأَلْقَوْا إِلَيْكُمُ السَّلَمَ فَمَا جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ عَلَيْهِمْ سَبِيلًا"Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian damai atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu untuk menawan dan membunuh mereka."5. Surah Al Anfal ayat 61وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." erd/erd SRAGEN UPDATE – Allah dan Rasul-rasulnya sangat membenci permusuhan dan pertikaian yang terjadi antar-sesama manusia, terlebih sesama muslim. Maka dari itu, Allah bertindak tegas melalui firman-nya yang tertuang dalam Alquran agar semua manusia dapat berlaku damai dan menghindari permusuhan. Hal itu pun diajarkan Rasulullah dalam sabda-sabdanya. Berikut lima 5 dalil naqli ayat alquran dan hadits yang berbicara tentang perdamaian dan menjauhi permusuhan yang termasuk dalam Fiqih Muamalah Bab Shulh Perdamaian Baca Juga Tahukah Kamu Bahwa Jin Bisa Masuk Surga? Berikut Penjelasan Menurut Alquran Serta Alasan dan Kisahnya 1. Firman Allah dalam potongan QS. An-Nisa ayat 128 وَالصُّلْحُ خَيْرٌ Artinya “Perdamaian itu adalah perbuatan yang amat baik.” QS. An-Nisa 128

kumpulan hadits tentang perdamaian